Tampilkan postingan dengan label nikah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nikah. Tampilkan semua postingan
Kamis, 11 September 2014
Posted By:
hadad
BUAT PARA LELAKI SEJATI
( copas ustadz Rahmat Idris )
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
sebab banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.
jangankan sehari lima waktu,
bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.
tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah kesana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya.
walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa
juga Amerika....
dapat melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dengan semangat yang membara.
namun ke mesjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke mesjid.
alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
maka berbahagialah dirimu hai anakku....
bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di mesjid.
karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki,
tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan
selain perjalananmu ke mesjid.
Biar kuberi tahu rahasia kepadamu,
sejatinya perjalananmu ke mesjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu.
dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke mesjid.
maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu....
------------------------------------------
tambahan bukan dari ustadz Rahmat "Impian seorang muslimah adalah mendambakan seorang lelaki yang akan mengajak anak lelakinya sholat berjamaah subuh di msjid. Semoga bermanfaat
copas dari grup ODOJ
Sabtu, 15 Februari 2014
Posted By:
hadad
keluarga imamul muttaqien
Setiap kali selesai shalat, apapun itu mau fardhu ataupun
sunnat, seringkali saya mendengar orang tua berdo’a. di bagian do’a ini beliau selalu
sedikit mengencangkan suaranya. Awal mulanya saya tidak “ngeh”, lambat laun
saya mengerti terjemahan do’anya, dengan sedikit mengerutkan kening saya sering
bergumam yang bener aja nih do’a..
pemimpin orang-orang bertaqwa.. berat amat.. -_-
Hari ini, sebuah twit dari Ust. Didin Hafidudin mengingatkan
saya kembali akan memori itu, beliau membahas akan ayat ini dan do’a ini..
Dikesempatan lain ada sebuah video dari youtube, yang berisi
penyampaian Ust. Salim afillah, yang menyebutkan bahwa keluarga adalah sumber
pergerakan dakwah yang membangun umat. Dari beberapa peyampaian terkait ayat
ini, akhirnya saya pun mengerti soal visi dalam berkeluarga.
Salim a Fillah - pernikahan visioner
Keluarga = pemimpin orang-orang yang bertaqwa
Jika saya kembali dalam pemikiran dulu, memimpin itu berat,
apalagi orang-orang yang bertaqwa, mestilah saya jadi orang yang sangat sangat
bertaqwa, tapi selain itu, makna lain dari do’a ini adalah, ciptakan saja insan
insan yang bertaqwa dengan binaan kita melalui keluarga.
Membangun visi adalah inti penting dalam berkeluarga, jika
AlQur’an saja menggambarkan sebuah visi melalui do’a yang demikian indah, maka tak
ada alternative lain yang mampu menyainginya. Melahirkan generasi pendakwah,
pencetak orang bertaqwa, kader-kader pergerakan Islam adalah keharusan dalam
keluarga yang mengaku berplatform Islam.
Maka dalam proses pendewasaan, persiapan, dan pemantasan
diri ini, saya senantiasa berdo’a dan meminta do’a agar kelak mampu mengemban
visi, dan menciptakan sebuah “Rumah Syurga pencetak kader-kader dakwah pemimpin
umat…”
Teruntuk alm. Ibu, maaf kami baru sadar makna do’a yang
seumur hidup lalu senantiasa kau lisankan… kau berhasil mendidik kami…
alfatihah
Sabtu, 05 Oktober 2013
Posted By:
hadad
hukuman bagi yang pacaran ??
ketemu teman lama, ngobrol ngalor ngidul, sampai lupa waktu.. haha tapi alhamdulillah, karena pada akhirnya selalu saja ada hikmah yang berhasil dipetik dari obrolan ringan ini.. hehe
di umur segini, apa sih tema yang paling menarik buat diobrolin..?? politik..?? ah berat.. bisnis..?? kadang-kadang.. gosipin artis..??? woy..!! gue laki-laki..!!!! jodoh..??? naaaaahhhhh.... :D
singkatnya, ngobrol soal jodoh dan masa muda, hmmm.. soal pacaran..
kurang lebih gini obrolannya,
***
temen : dad, baru kerasa nih dosa zaman dulu.. dosa waktu pacaran dulu..
saya : emang kenapa..??
teman : beneran, dia kan udah nikah.. eh keingetan terus sampe sekarang.. sampai-sampai mau datengin rumahnya segala..
saya : ya bagus dong, silaturahmi..
temen : bukan gitu.. soalnya "rasa"nya itu.. kamu tahu sendiri lah
saya : yaaa.. bener juga sih.. mending menjauh kalau gitu mah.. hmmm.. sama kayak temen gue yang it "teeeeet" (sensor) dia juga gitu, mau nikah.. tapi gara-gara dulunya punya pacar yang "katanya" sehidup semati.. eh susah tuh sekarang nikahnya.. kalau dipikir-pikir gila juga ya efek pacaran.. jadi susah ketemu jodoh gitu..
terus ada lagi, sama kayak lu.. udah nikah, bahkan dua-duanya udah nikah.. eh karena "katanya" masih cinta satu sama lain.. akhirnya rumah tangganya masing-masing nggak karuan.. padahal udah tahunan.. ckckck
temen : serius.. makanya gue sendiri pengen tobat, yaa kalau bisa.. gitu terus repot jadinya dad..
saya : hehe.. makanya nikah..
temen : lu..????
saya : .......
***
gitu cuplikan obrolan kami, semoga bermanfaat ya.. makasih untuk temen aku atas teh botol nya.. hehehe
nb :
saya orang sunda asli, dan ternyata susah juga ya translate obrolan sunda ke bahasa Indonesia.. heu
nb :
saya orang sunda asli, dan ternyata susah juga ya translate obrolan sunda ke bahasa Indonesia.. heu
Minggu, 28 April 2013
Posted By:
hadad
pria SMA bukan jodoh perempuan S1..
Beberapa waktu seorang Teman membuat status di fb yang
bernada pertanyaan,
“kenapa perempuan s1 terkesan enggan berpasangan dengan pria lulusan SMA..??”
Dengan nada bercanda saya membuat komentar.. “emang ya..??
:D”
Baiklah itu karena bagaimana pun juga kotak komentar memang
terbatas, jadi tidak tepat juga kalau komentar panjang-panjang.. hehe.. tapi di
kesempatakan kali ini, di artikel ini saya akan coba menjawab pertanyaan
tersebut.
…
Sepengetahuan saya, perempuan tidak melihat dari status
pendidikan calon pasangannya, tapi dari masa depan. Kita tidak bisa menutup
mata, kalau lulusan S1 lebih terjamin masa depannya dari pada lulusan SMA,
setidaknya begitulah anggapan banyak orang. Meski kalau bicara peluang, semua
manusia sama saja, bahkan yang tidak mengenyam pendidikan pun masih bisa sukses
(tengok kisah ayahnya bakrie dan andrie wongso).
Lulusan S1, kemungkinannya besar sekali selepas lulus
bekerja di perusahan ternama, instansi pemerintah, gaji yang besar pula.
Perempuan mana pun saya kira akan tertarik dengan hal ini, berbeda jauh dengan
lulusan SMA, kemungkinan bekerja mungkin hanya sekelas OB atau pelayan-pelayan,
artinya benar-benar dari bawah, atau berwirausaha dengan segala perihnya
perjuangan.. :P secara logika, jarang ada perempuan yang bersedia menanggung
beban yang sulit seperti ini jika tidak ada masa depan yang dijaminkan.
Kok terkesan matre ya..?? kata Mario Teguh, perempuan itu
memang harus matre.. harus..!! karena salah satu motivasi para pria bekerja
keras adalah untuk membahagiakan perempuannya, kalau perempuannya nggak matre,
bahaya..!! si pria bisa jadi berevolusi jadi makhluk pemalas. Hehe
Factor pendidikan yang menunjang masa depan, pun bukan
terkait masalah pendapatan saja. Ada jaminan nama baik, bagaimana pun juga
bersanding dengan seseorang yang bergelar itu ya “Sesuatu..” hehe. Wajar jika
seorang perempuan merasa bangga jika dipanggil, istri dari DR. Dr. bla-bla.
MPd, MA, MMSc dan sebagainya. Harga diri seorang intelektual itu bisa jadi
sebanding dengan harga ijazah yang diperoleh lho.. hehe (nggak.. nggak..
becanda.. becanda..). Intinya, perempuan itu kan memilih imam, semakin bagus
kalau imamnya kompeten secara akademik dan intelektual. Betul..??
Kemudian, factor kedewasaan pun cukup berpengaruh, katanya
(atau perasaan..) yang sarjana itu lebih dewasa dari yang lulusan SMA.
Kenapa..?? karena seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk (kok
kayaknya nggak nyambung yah..???), maksudnya semakin berilmu seseorang akan
semakin dewasalah ia, mestinya sih begitu.
Ya, itu hanya opini saja dengan dasar “kayaknya sih
begitu..” :P (bahasa gaulnya, In My Humble Opinion… ) maklum saya kan
laki-laki.. nggak tahu juga, hehe. Kesimpulannya, jodoh itu memang rahasia
Allah, kita nggak tahu siapa, dimana, dan kapan dipertemukan. Kita boleh saja
menentukan kriteria se ideal mungkin, tapi tetap saja Allah yang menentukan
kan..?? yang penting tetap ikhtiar, tawakkal, dan berdo’a, dan menjemput dengan
cara yang terbaik. Lalu bagaimana dengan kita yang lulusan SMA..??? jangan
berkecil hati, tetap semangat, maksimalkan ikhtiar, belajar, belajar, belajar,
dan teruss belajar.
Eh, ngomong-ngomong sebenarnya banyak juga pria lulusan SMA
yang berjodoh dengan perempuan sarjana, saudara saya juga begitu. Jadi, nggak
masalah juga sih, asal kita nya aja pantas.. :P
Wallahu a’lam
Selasa, 29 Januari 2013
Posted By:
al-hadad
cinta ( part 2 )
Apakah sebuah cinta membutuhkan pelampiasan ? mengapa cinta itu hanya terartikan sebagai perasaan suka sama suka antara sepasang insan ? mengapa pikiranku terus menerus dilingkupi oleh cinta, cinta, dan cinta ? seakan dunia ini hanya hidup karena dan untuk cinta semata…
Dalam dua minggu ini, aku mandapat banyak pelajaran berharga mengenai cinta, layaknya sebuah, makanan, aku harus berusaha mencerna pelajaran itu sebaik mungkin, sehingga hakikat yang terkandung didalamnya dapat tertangkap secara tepat.
Suatu hari aku bertemu dengan seorang teman, dia bercerita tentang hubungannya dengan pacarnya, mulanya aku memberikan respon yang baik, saat dia mengeluh aku pun mencoba memberikan masukan sebaik mungkin, begitu pula saat ia berbahagia aku pun mengatakan turut berbahagia. Waktu terus berlalu, beberapa bulan sudah terlewati, temanku ini masih terus menerus bercerita mengenai hubungannya, sehingga aku pun merasa jenuh untuk mendengarkannya. Namun justru kejenuhan itu menggiringku untuk melakukan perenungan yang cukup panjang, hingga sampai pada suatu kesimpulan.
Singkatnya, ia menceritakan bahwa level hubungannya sudah dalam fase yang menurutku “mengkhawatirkan”, karena ia sudah berani melakukan yang diluar batas kewajaran dalam berhubungan dengan pacarnya, sebagai seorang remaja tentunya. Ia juga menceritakan bahwa akibat hubungannya itu mengakibatkan hubungan dengan orang tuanya semakin renggang, akibat dari orang tuanya yang melarang berpacaran. Namun ia menceritakan semuanya itu tanpa ada sedikit pun rasa bersalah.
Satu pertanyaan yang timbul di benakku, mengapa cinta itu menjadi jalan kehancuran ? mulanya ia adalah anak yang baik, setelah mengenal “cinta” ia pun menjadi anak yang “tidak” baik. Mulanya ia adalah anak yang religius, cukup rajin dalam beribadah, dan merupakan seorang santri di daerahnya, begitu juga hubungan dengan orang tuanya, mulanya sangat baik, bahkan sangat harmonis, namun, sekali lagi akibat “cinta”-nya, kini ia bukan lagi seorang santri, begitu pula dengan hubungan dengan orang tuanya yang semakin merenggang. Apakah cinta itu begitu jahat ?
Cinta itu adalah anugerah, bukan kutukan, ini satu kalimat yang sering kali aku tulis di berbagai catatan. Ya, memang seperti itu adanya, jelas ilustrasi di atas bukan arti dari “cinta” yang benar, seharusnya cinta yang benar itu mengarahkan kita menjadi pribadi yang baik, kenapa ? karena cinta itu berasal dari Yang Maha Baik.
Sulit memang untuk mampu mengerti dan memahami hakikat dari cinta, kalau emikiran kita hanya masih terpaku dan dibatasi bahwa arti cinta itu hanya sebatas perasaan suka yang dibuktikan dengan rasa sayang, rindu, dan lainnya. Andaikan cinta itu hanya sebatas perasaan suka yang di apresiasikan hanya dengan sikap nafsu semata, maka sudah barang tentu, cinta itu haram. Namun, kata cinta ini sendiri digunakan oleh Allah dalam Al qur’an, yang berarti cinta itu halal adanya, yaitu cinta yang memiliki pengertian yang lebih luas dari pengertian yang disebutkan diatas.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Ali-Imran : 31 )
Kesadaran inilah yang amat berat, melihat semua kenyataan itu, apakah ilustrasi diatas dapat dikatakan cinta ? ya, itu adalah cinta, namun bila dipersentasekan, cinta yang terkandung didalamnya hanya 10% saja, sisanya tidak lebih dari nafsu semata. Pertanyaannya, seberapa banyak cinta yang sperti ini terdapat di masyarakat ? banyak.
Cinta itu tidak buta
Seharusnya cinta itu tidak buta dan tidak menyebabkan kebutaan, namun realitas yang terjadi kita sendiri yang membutakan cinta dan membiarkan mata kita dibutakan oleh cinta. Hal inilah yang mendasari kenapa orang menganggap semua yang disukainya adalah baik, semua yang cantik adalah baik, semua yang tampan adalah baik, itu terjadi karena dia membutakan cintanya sendiri, setelah itu ia pun menganggap semua hal yang berkaitan dengan cintanya itu adalah hal yang baik pula, hingga pada akhirnya ia menjadi buta dengan berpedoman pada cinta yang juga buta, menyedihkan.
Seharusnya, cinta itu tidak buta, ia memiliki pandangan yang luas dan mendamaikan, ia akan mampu memberikan pengaruh positif kepada siapapun yang ada disekitarnya, itulah misi Islam, menyebarkan ajarannya dengan cinta dan kasih sayang, karena Islam adalah Rahmatan Lil’alamin. Inilah alasan kenapa para shahabat terdahulu melaksanakan segala perintah Rasulullah, baik dalam keadaan suka ataupun duka, menerima dengan ikhlas berbagai siksaan dan ancaman yang datang dari kaum kafir Quraisy, saling bertoleransi kepada penduduk yahudi madinah tatkala mereka berhijrah, dan senantiasa mengikuti berbagai peperangan dengan Rasulullah, mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya agama Islam, tidak lain ini karena mereka telah merasakan rasa cinta yang abadi dan sejati, yaitu cinta kepada Allah dan Rasulullah.
Layaknya sebuah pisau bermata dua, ketika kita lalai menggunakannya ia dapat membunuh kita dengan tajamnya, begitu juga sebaliknya, ketika kita terlalu asyik bermain, mungkin bisa membunuh teman kita juga. Oleh karena itu, berhati – hatilah dalam melangkah, terutama yang berkaitan dengan cinta, alih – alih saling menyayangi, malah saling menyakiti…be care your self…with love…
Wallahu ‘alam
Dalam dua minggu ini, aku mandapat banyak pelajaran berharga mengenai cinta, layaknya sebuah, makanan, aku harus berusaha mencerna pelajaran itu sebaik mungkin, sehingga hakikat yang terkandung didalamnya dapat tertangkap secara tepat.
Suatu hari aku bertemu dengan seorang teman, dia bercerita tentang hubungannya dengan pacarnya, mulanya aku memberikan respon yang baik, saat dia mengeluh aku pun mencoba memberikan masukan sebaik mungkin, begitu pula saat ia berbahagia aku pun mengatakan turut berbahagia. Waktu terus berlalu, beberapa bulan sudah terlewati, temanku ini masih terus menerus bercerita mengenai hubungannya, sehingga aku pun merasa jenuh untuk mendengarkannya. Namun justru kejenuhan itu menggiringku untuk melakukan perenungan yang cukup panjang, hingga sampai pada suatu kesimpulan.
Singkatnya, ia menceritakan bahwa level hubungannya sudah dalam fase yang menurutku “mengkhawatirkan”, karena ia sudah berani melakukan yang diluar batas kewajaran dalam berhubungan dengan pacarnya, sebagai seorang remaja tentunya. Ia juga menceritakan bahwa akibat hubungannya itu mengakibatkan hubungan dengan orang tuanya semakin renggang, akibat dari orang tuanya yang melarang berpacaran. Namun ia menceritakan semuanya itu tanpa ada sedikit pun rasa bersalah.
Satu pertanyaan yang timbul di benakku, mengapa cinta itu menjadi jalan kehancuran ? mulanya ia adalah anak yang baik, setelah mengenal “cinta” ia pun menjadi anak yang “tidak” baik. Mulanya ia adalah anak yang religius, cukup rajin dalam beribadah, dan merupakan seorang santri di daerahnya, begitu juga hubungan dengan orang tuanya, mulanya sangat baik, bahkan sangat harmonis, namun, sekali lagi akibat “cinta”-nya, kini ia bukan lagi seorang santri, begitu pula dengan hubungan dengan orang tuanya yang semakin merenggang. Apakah cinta itu begitu jahat ?
Cinta itu adalah anugerah, bukan kutukan, ini satu kalimat yang sering kali aku tulis di berbagai catatan. Ya, memang seperti itu adanya, jelas ilustrasi di atas bukan arti dari “cinta” yang benar, seharusnya cinta yang benar itu mengarahkan kita menjadi pribadi yang baik, kenapa ? karena cinta itu berasal dari Yang Maha Baik.
Sulit memang untuk mampu mengerti dan memahami hakikat dari cinta, kalau emikiran kita hanya masih terpaku dan dibatasi bahwa arti cinta itu hanya sebatas perasaan suka yang dibuktikan dengan rasa sayang, rindu, dan lainnya. Andaikan cinta itu hanya sebatas perasaan suka yang di apresiasikan hanya dengan sikap nafsu semata, maka sudah barang tentu, cinta itu haram. Namun, kata cinta ini sendiri digunakan oleh Allah dalam Al qur’an, yang berarti cinta itu halal adanya, yaitu cinta yang memiliki pengertian yang lebih luas dari pengertian yang disebutkan diatas.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Ali-Imran : 31 )
Kesadaran inilah yang amat berat, melihat semua kenyataan itu, apakah ilustrasi diatas dapat dikatakan cinta ? ya, itu adalah cinta, namun bila dipersentasekan, cinta yang terkandung didalamnya hanya 10% saja, sisanya tidak lebih dari nafsu semata. Pertanyaannya, seberapa banyak cinta yang sperti ini terdapat di masyarakat ? banyak.
Cinta itu tidak buta
Seharusnya cinta itu tidak buta dan tidak menyebabkan kebutaan, namun realitas yang terjadi kita sendiri yang membutakan cinta dan membiarkan mata kita dibutakan oleh cinta. Hal inilah yang mendasari kenapa orang menganggap semua yang disukainya adalah baik, semua yang cantik adalah baik, semua yang tampan adalah baik, itu terjadi karena dia membutakan cintanya sendiri, setelah itu ia pun menganggap semua hal yang berkaitan dengan cintanya itu adalah hal yang baik pula, hingga pada akhirnya ia menjadi buta dengan berpedoman pada cinta yang juga buta, menyedihkan.
Seharusnya, cinta itu tidak buta, ia memiliki pandangan yang luas dan mendamaikan, ia akan mampu memberikan pengaruh positif kepada siapapun yang ada disekitarnya, itulah misi Islam, menyebarkan ajarannya dengan cinta dan kasih sayang, karena Islam adalah Rahmatan Lil’alamin. Inilah alasan kenapa para shahabat terdahulu melaksanakan segala perintah Rasulullah, baik dalam keadaan suka ataupun duka, menerima dengan ikhlas berbagai siksaan dan ancaman yang datang dari kaum kafir Quraisy, saling bertoleransi kepada penduduk yahudi madinah tatkala mereka berhijrah, dan senantiasa mengikuti berbagai peperangan dengan Rasulullah, mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya agama Islam, tidak lain ini karena mereka telah merasakan rasa cinta yang abadi dan sejati, yaitu cinta kepada Allah dan Rasulullah.
Layaknya sebuah pisau bermata dua, ketika kita lalai menggunakannya ia dapat membunuh kita dengan tajamnya, begitu juga sebaliknya, ketika kita terlalu asyik bermain, mungkin bisa membunuh teman kita juga. Oleh karena itu, berhati – hatilah dalam melangkah, terutama yang berkaitan dengan cinta, alih – alih saling menyayangi, malah saling menyakiti…be care your self…with love…
Wallahu ‘alam
Rabu, 23 Januari 2013
Posted By:
hadad
pendapat soal jodoh part 2
1.
Ta’aruf ≠ pacaran
Bukan dan tidak akan pernah sama..!! ya, ta’aruf
itu adalah proses perkenalan yang tanpa melanggar hukum syar’i. begini, biar
jelasnya lihat saja tabel perbedaan berikut,
Ta’aruf
|
Pacaran
|
Sesuai Syar’i
|
Melanggar Syar’i
|
Menjaga diri
|
Buka-bukaan
|
Melalui pihak
ke-3
|
Langsung,
face to face
|
Diketahui wali
|
Jarang
diketahui wali
|
Seminggu,
maksimal sebulan
|
2 tahun
|
95 % Nikah
|
95 % Putus
|
Ibadah
|
Dosa
|
Lagi pula, jangan pernah salah
memahami arti dari ta’aruf. Meskipun memiliki arti perkenalan, bukan berarti
proses perkenalan itu hanya cukup dalam waktu seminggu atau lebih, saya yakin
manusia dengan segala kompleksitas nya membutuhkan waktu yang sangat panjang
untuk mengenal lebih jauh. Makanya, proses ta’aruf yang sejatinya dilakukan
setelah pernikahan.
Prosesi ta’aruf itu hanya sekelumit
saja, seperti yang telah Rasulullah gambarkan, cukup hanya melihat 4 aspek,
1.
Agama
2.
Keluarga
3.
Harta
4.
Wajah
Dan dalam waktu untuk melihat 4 aspek itu saja saya kira cukup dalam
prosesi ta’aruf, gak usah pengen tahu sampai dalem-dalemnya, entar aja. K
2.
Pesan khusus dari Ust. Salim A Fillah
Nah, sebelumnya di artikel kultwit salim a fillah, ada pesan bagi yang tengah mencari
jodoh. Ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan sebelum pernikahan tiba
a.
Kesiapan Ruhiyah
Memahami arti nikah sebagai salah satu prosesi ibadah, maka akan
menghasilkan konsekuensi dan tanggung jawab dirinya kepada Allah. Kewajiban paling
utama dalam rumah tangga adalah memastikan keselamatan semua anggota
keluarganya di akhirat kelak. Memang, kita tidak tahu apa-apa perihal nasib
disana, namun dengan menyadari hal ini maka kita diharuskan untuk melakukan
sedaya upaya untuk menyelamatkan pasangan dan anak-anak dari api neraka.
Tanggung jawab, kepemimpinan, kedewasaan, kebijaksanaan, dan pengendalian
diri, adalah beberapa hal yang mesti dilatih. Ingat, setelah menikah nanti,
hidup itu jadi berdua, makan berdua, tidur berdua, rumah berdua, kamar berdua,
tabungan pun berdua, hidup berdua seperti ini butuh kesiapan mental yang gak
main-main lho.
b.
Kesiapan ilmu
Belajar, belajar, dan belajar. Belajar ilmu rumah tangga, belajar
hukum-hukum mu’amalah, belajar kepemimpinan, pendidikan, psikologi, dan sssttt…
bagi laki-laki WAJIB belajar ilmu haidh dan nifas..!!
c.
Kesiapan fisik
Fisik adalam artian, kesiapan seksual untuk membuahi. Ya, bagaimana pun
juga salah satu tujuan pernikahan adalah memastikan regenerasi umat, makanya,
dianjurkan untuk menjaga kesuburan, dan ketahanan fisik. Selain itu, ya biar
jangan sakit saja.. :P
d.
Kesiapan finansial
Maaf, ini bukan berarti seseorang yang akan menikah itu harus kaya-raya,
harus mapan, atau harus punya harta banyak, yang dimaksud di sini adalah mental
kaya. Asal tahu saja, Ust. Salim A Fillah sendiri menikah dengan biaya hutang,
artinya boro-boro kaya, beliau mulai kehidupan rumah tangga pun dengan nilai –
(minus), tapi disini lah keimanan dan mental kaya bermain, meski begitu, Ust.
Salim sendiri sekarang adalah ustadz yang paling rajin woro-wiri ke luar negeri
untuk berdakwah, keren ya..?? kuncinya, iman sama Allah, dan tanggung jawab.
e.
Kesiapan Sosial
Ini sebenarnya jurus pamungkas, yang harus dikuasai mereka yang
memutuskan menikah. Setelah berumah tangga nanti, mereka akan mewakili
sekelompok individu yang hidup dalam organisasi yang bernama keluarga. Keluarga
ini adalah satu bagian dari sebuah sistem lingkungan, yang bernama masyarakat.
Nah, maka sebuah keluarga ini wajib mensosialisasikan dirinya ke tubuh
masyarakat, pro aktif dalam setiap aktvitas, dan berhubungan baik dengan para
tetangga. Ingat juga, setelah menikah nanti dunia itu bukan hanya milik kalian
berdua lho.. ada 7 milyar penduduk bumi yang harus tahu kalau kalian itu adalah
pasangan serasi, cinta sejati.. eee.. cieee.. lagiiii…
Terakhir, di penutup artikel ini, lagi-lagi mengutip dari Ust. Salim A Fillah,
umur seseorang disaat memutuskan menikah tidak terkait dengan tergesa-gesaan,
mungkin ada yang menikah di umur 20 tahun, tapi jika persiapannya sudah di
mulai dari umur 15 tahun, maka itu adalah umur yang sangat matang untuk
menikah, beda lagi jika menikah di umur 30 tahun, tapi persiapannya baru di
mulai di umur 29 tahun, meski tua, tapi umurnya belum siap untuk menikah..
Wallahu
a’lam
Posted By:
hadad
pendapat soal jodoh part 1
Disini saya akan beberkan beberapa pendapat, sebenarnya sih
bukan hal yang aneh, dan luar biasa juga, cuman sharing saja lah.
Oh iya, kenapa mesti jodoh..?? hehehe.. entah.. tapi yang
pasti setiap manusia itu memiliki jodoh kan..?? nah ini hanya fakta yang
mungkin bisa dijadikan guide dalam ikhtiar mencari dirinya itu. Oke, apa
sebenarnya itu, cekibrot..
1.
Jodoh kita itu sudah ada
Di lauh mahfuz sana, nama jodoh kita itu
sebenarnya sudah ada. Bukan hanya nama, karakter pasangan, waktu ditemukan, dan
tempat (entah itu bertemunya, dan hidup bersama kelak) sudah digariskan. Jadi
sebenarnya, gak usah risau saat kita belum tahu siapa jodoh kita yang penting
dia itu ada.
Pertanyaannya, kenapa kita tidak dikasih
tahu siapa jodoh kita.?? Ini lah hikmah yang sengaja disusun oleh Allah, saya
sering menyebutnya “Strategi Allah”. Karena, dibalik ketidak tahuan kita soal
isi lauh mahfuz, disana terdapat nilai ikhtiar yang luar biasa besar, ini
berarti, meski jodoh kita sudah ada, kita wajib berikhitiar, kalau aktivis
bilang, ikhtiar “menjemput Jodoh”. Kenapa menjemput..?? karena memang sudah
ada, jodoh itu dijemput, dia sedang menanti.. eee.. cieee..
2.
Umur yang tepat untuk menikah
Rasulullah sendiri menikah di umur 25, dan
kebetulan Peraturan di Negara ini pun mengatur umur ideal untuk menikah
(terutama laki-laki adalah umur 25). Namun izinkanlah saya mengutip tinjauan
dari Ust. Salim A Fillah, tentang pernikahan ini.
Kalau diperhatikan definisi dari baligh
adalah, kesiapan fisik untuk melakukan proses reproduksi secara seksual.
Artinya, ketika seseorang telah menginjak umur baligh, maka dia secara fisik
telah siap untuk menikah. Memang tinjauan ini hanya di tinjau dari segi fisik,
belum meninjau segi mental yang berpengaruh sangat besar dalam hubungan rumah
tangga.
Tapi, sebenarnya ini adalah sebuah tanda,
jika melihat pengalaman langsung dari ust. Salim A Fillah, maka umur baligh ini
adalah start point untuk memulai ikhtiar penjemputan jodohnya. Ya, seharusnya
bagi laki-laki, setelah menginjak umur 15 tahun, dan umur 9 tahun bagi
perempuan, ia sudah memikirkan, dan sudah berikhtiar soal jodohnya. Oh iya,
ikhtiar yang dimaksud bukan berkoar-koar nyari jodoh, tapi lebih kearah belajar
tentang rumah tangga, memumpuk mental kepemimpinan, tanggung jawab, dan tentu saja,
belajar menafkahi.
3.
Yang menjemput dan di jemput
Lumrah bagi kita, khususnya di Indonesia,
yang berikhtiar maksimal itu ya laki-laki, perempuan Cuma nunggu lamaran saja
dirumah. Padahal, ini tidak sepenuhnya benar, karena di pihak perempuan pun
sebenarnya ada ikhtiar yang mesti, atau bahkan wajib, dilakukan.
Ya, pihak, sekali lagi pihak perempuan,
yang diwakili oleh walinya lah sebenarnya yang wajib berikhtiar mencarikan
jodoh untuk anak perempuannya. Kenapa..?? logis saja, begini,
a.
Laki-laki yang mencintai seorang perempuan itu
belum tentu bisa menilai dirinya sendiri secara objektif. Ini dikarenakan
proses pernikahan itu adalah hal baru bagi dirinya. Dengan umur yang relatif muda, dan mental kedewasaan yang masih belum maksimal juga, maka disini sangat
penting peran wali untuk “menyeleksi” calon suami bagi anak perempuannya.
b.
Kewajiban seorang wali terputus di saat anak
perempuannya menikah. Ini artinya, sebelum dilangsungkannya akad pernikahan,
wali wajib menjaga dan memastikan bahwa calon suami bagi anak perempuannya itu
adalah calon yang tepat. Karena jika tidak, Allah akan tetap meminta
pertanggung jawaban atas keputusan yang ia ambil. Ingat, akad itu kan dengan
wali.
c.
Perempuan, maaf, biasanya memiliki penilaian
agak lemah. Mungkin, ini dikarenakan karena perempuan lebih mengedepankan
perasaannya atau bagaimana (saya kurang tahu.. :P), biasanya asal sudah cinta
ya, ayo nikah.. padahal, tidak semudah itu, inilah pentingnya keputusan
pernikahan itu sebaiknya dilakukan oleh antar lelaki saja.
Meskipun seperti itu, Islam tidak
menutup kemungkinan jika perempuan lah yang memilih jodohnya sendiri, kuncinya
komunikasi. Komunikasikan saja kriteria yang kamu (perempuan) inginkan, atau
siapa orang yang kamu inginkan, biar wali kamu yang mencarikan dan memilihkan
untuk dirimu.
berlanjut ke part 2
berlanjut ke part 2
Posted By:
hadad
KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 2
48. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara
penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.
49. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya
sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah
50. Per #Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi
& rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.
51. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus
yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. #Nikah
52. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab
jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus #Nikah
53. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan,
menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah #Nikah
54. Jadi, target persiapan fisik #Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat
& aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty &
charm;)
55. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering
menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. #Nikah
56. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali,
izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal #Nikah
57. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah,
bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. #Nikah
58. Ingat & catat: Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK
bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda
punya.
59. Persiapan finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan
nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.
60. Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan,
rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.
61. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol, melainkan minus:
rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.
62. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia
mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. #Nikah
63. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam
aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)
64. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan
terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah
65. Tetapi Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya.
Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.
66. Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN
masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)
67. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum
mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)
68. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda
J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah
69. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute
Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah
70. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd
serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS #Nikah
71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan
untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.
72. Untuk itu, mereka yang akan me #Nikah hendaknya mengasah keterampilan
sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.
73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait
per #Nikah-an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.
74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa
Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah
75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah
dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf.
76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya;
bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. #Nikah
77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat,
bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.
78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti;
tetangga rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.
79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh:
datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah
80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg
pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah
81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya
ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah
82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak
mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah
83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat
kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. #Nikah
84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid,
muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst #Nikah
85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan
sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah
86. Ringkas kata untuk persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri
utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT #Nikah
87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku
Bahagianya Merayakan Cinta #BMChttp://bit.ly/gW5rG4 Semoga manfaat;)
-end-
Posted By:
hadad
KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 1
Berkut adalah KulTwit (kuliah twitter) dari Ust. Salim A
Fillah, yang membahas tentang #Nikah. Sebenarnya sudah agak lama juga, semoga
bermanfaat..
1. Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur
nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.
2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan &
persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter
kesiapannya.
3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir
bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
4. Persiapan #Nikah hendaknya segera membersamai datangnya
baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”
5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul
Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah.
#Nikah
6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) &
makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat
baligh. #Nikah
7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka
persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur
hidup.
8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah dalam 5 ranah:
Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah
(Sosial)
9. Persiapan #Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20
th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.
10. Sebaliknya, ada orang yang #Nikah-nya umur 30 th, tapi
persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.
11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah
nan paling mendasar. Segala persiapan #Nikah lainnya berpijak pada yang satu
ini.
12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri
menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan.
#Nikah
13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear:
pasangan hidup. Begitu #Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi,
investasi.
14. Sebelum #Nikah, grafik hidup kita analog dengan
amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya
MUSIBAH.
15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait #Nikah
adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.
16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia
keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih &
kurangnya. #Nikah
17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, &
dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.
#Nikah
18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua
lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu
#Nikah
19. Persiapan Ruhiyah #Nikah adalah mengubah ekspektasi
menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan
dibaktikan.
20. Jika #Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin,
capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.
21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang
masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam #Nikah. “Apa
obsesimu?”
22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah #Nikah semisal:
Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan
keluargamu?
23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah #Nikah adalah
menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga &
masalah-masalahnya.
24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) #Nikah,
meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll
25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas
minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga
#Nikah
26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah
rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu
#Nikah
27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan
diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami &
bersinergi. #Nikah
28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita:
berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan
solusi #Nikah
29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi:
“Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. #Nikah
30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg
memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri &
bersolusi. #Nikah
31. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan
panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri &
kontemplasi. #Nikah
32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat
ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti.
#Nikah
33. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla.
Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?!
#Nikah
34. BEDA: Istri cerita untuk ringankan beban hatinya.
Dimengerti itu solusi > Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang
sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma!
#Nikah
38. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke
dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar)
#Nikah
39. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd
masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC
http://bit.ly/gW5rG4
40. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar
jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu #Nikah
41. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam
fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian).
#Nikah
42. 42. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal
parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa.
#Nikah
43. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda
lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?”
#Nikah
44. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh
kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya.
#Nikah
45. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!”
-> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar.
#Nikah
46. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak
gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua &
sakit-sakitan;P #Nikah
47. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak
kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9)
#Nikah
berlanjut ke part 2..
berlanjut ke part 2..
Kamis, 13 Desember 2012
Posted By:
hadad
nak, kamu kerja apa..??
“Nak,kamu kerja apa..??”
Deg.. inilah pertanyaan paling sakral bagi seluruh ikhwan di dunia, terutama di Indonesia, (mungkin kalau di luar negeri, pertanyaannya, what are you doing..??? eh.. ). Kenapa sakral..?? karena inilah pertanyaan pertama yang akan keluar dari seorang ayah dari akhwat yang kita cintai, calon mertua.
Ok, mungkin ada sih beberapa calon mertua yang tidak menanyakan itu, dengan asumsi, calon menantunya sudah mapan, dan berpenampilan dewasa. Ya ini pengecualian, tapi saya yakin, orang tua sudah lebih jeli, dan tidak akan tertipu hanya oleh penampilan semata, ya sudah kita abaikan bagian yang ini, sekarang kita bahas lebih jauh tentang pertanyaan di atas.
Kenapa..?? ada apa dengan pertanyaan ini..?? bagi para ikhwan jangan dulu bersuudzon pada calon mertua ya, dengan berfikiran, matre, merendahkan, atau mempersulit. Tidak, calon mertua tidak berfikiran seperti itu, namun ada kewajiban bagi dirinya untuk memastikan putrinya hidup dengan pasangan yang tepat, bagaimana pun juga lamaran itu seperti sebuah pertaruhan akan kehidupan putrinya. Nah disini calon mertua sebagai wali dari sang putri wajib memastikan kelayakan bagi kehidupan putrinya kelak kan..?? Hmmm..
Lebih jauh, sebenarnya di balik pertanyaan ini adalah sebuah kesempatan bagi para ikhwan untuk menjelaskan dirinya sejelas mungkin, karena penulis yakin, calon mertua tidak membutuhkan jawaban “kerja dimana” dan “gaji berapa”, tapi calon mertua membutuhkan jawaban tentang siapa calon menantunya tersebut, yang nantinya akan menilai fighting spirit (ghiroh), attitude(akhlalq), gratitude(syukur), nilai iman, dan mental, sebagai modal mengarungi kehidupan rumah tangga bersama putrinya kelak.
Bisa jadi, calon mertua akan menolak seorang ikhwan yang sudah kerja di perusahaan ternama dengan gaji yang luar biasa, ketika ada seorang ikhwan lain yang melamar dan ia pengangguran. Ya, siapa sangkan kan..?? ternyata ikhwan pengangguran tersebut menjelaskan ia memang tidak bekerja, tapi ia memiliki yayasan anak yatim, 5 buah toko, sebuah bengkel, sebuah pengajian, dan pengurus mesjid, serta pendapatannya perbulan adalah 50 juta.. hehehe
Gambaran di atas menunjukan, sekali lagi, calon mertua justru membutuhkan jawaban, dengan cara apa putri kita akan diberi nafkah..?? halal atau haram..?? ini penting, sebab saat wali tidak tahu dari mana datangnya rizki yang diperoleh putrinya, ia pun turut bertanggung jawab.
Kenapa..?? ada apa dengan fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental..?? nah ternyata ke lima hal ini adalah modal terpenting dalam kehidupan, ok ilustrasinya seperti ini,
Seorang ikhwan sebutlah bernama hadad ( lagi-lagi narsis..), melamar seorang putri dari seorang ayah (definisi gak jelas.. gak jelaaaasss..). nah ketika di Tanya soal pekerjaan ternyata si hadad ini menjawab belum punya, alias pengangguran, tapi si hadad berhasil menjelaskan dirinya dengan ke 5 sifat itu tadi. Dan akhirnya calon mertua menerima lamarannya. Setelah pernikahan apa yang terjadi kemudian..?? ternyata si hadad ini menunjukan
- fighting spirit yang luar biasa, ia berfikir “anak bini gue mau makan apa..?? gue harus kerja cari nafkah terbaik buat mereka, mereka harus makan enak.. dan bla bla bla..”,
- attitude : si hadad senantiasa ber akhlak baik, memperlakukan istri dan keluarganya dengan amat terhormat, sehingga terjalin sakinah, mawadah, warohmah, cieee..
- gratitude : mensyukuri kehidupannya, mensyukuri istrinya, mensyukuri keluarganya, akhirnya… sudah pasti, bahagia..!
- nilai iman : bagaimana pun juga si hadad ini percaya, kehidupannya dalam lindungan dan pemeliharaan Allah. ( nanti kita bahas lebih jauh..)
- mental : dewasa menyelesaikan masalah, dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga, ya mental seorang pria dalam rumah tangga itu harus..!! jangan mental banci…!!
Beda lagi jika si hadad mampu menjawab kerja di PT. anu, dengan gaji 100juta perbulan. Tapi ia tidak memiliki 5 sifat tadi, hasilnya,
- Fighting spirit : ngandelin gaji, kalo libur tiduran. Kalau di PHK, ya sudah bunuh diri. (ekstriiimm..)
- Attitude : semena2 sama istri, ngerasa dia yang ngasih makan, ngerasa dia yang ngasih pakaian, istri mah nurut aja..!! (dengan motto istri itu hanya ada di dapur, kasur, sumur.. whats..???? emang kutu..???)
- Gratitude : alih2 mensyukuri ia justru mencari yang lain, bagus kalau poligami, ini mah selingkuh (rajam.. rajam..)
- Nilai iman : “ini gaji gue, kerja gue, keringat gue..” ( udah gak perlu di jelasin dimana letak salahnya..)
- Mental : tahu ah..
Memang sih di atas hanya gambaran ekstrim saja, kenyataannya mungkin hanya 4,3,2, atau 1, atau ada ke 5-nya yang jelas ini lah tugas wali untuk memilih dan memutuskannya.
Khusus, paragraph akhir ini, penulis ingin menjelaskan khusus tentang nilai iman. Kenapa, kembali ke pertanyaan di atas, pertanyaan kerja itu bukan pertanyaan tentang rizki, mau kerja atau pun tidak, rizki mah sudah ada yang ngatur. Coba cek surat annur ayat 32, Allah menjamin (jaminan Allah itu pasti..!!) siapa yang menikah dalam keadaan miskin maka Allah akan mengayakan..!! dan ternyata lawan kata dari kaya itu apa..?? bukan kemiskinan, tapi kecukupan. Subhanallah. Jadi selama ia bersyukur hampir di pastikan tidak akan pernah miskin, pasti di cukup, dan bahkan di lebihkan.

Oh iya, terakhir, apa yang harus dilakukan ikhwan, optimalkan ikhtiar, belajar tentang leadership sebanyak mungkin, perkuat iman, dan terus latih 5 hal tadi (fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental ), jika yakin sudah siap, segera lamar..!! jangan takut di tolak..!!!
Bagi akhwat, hmmm.. penulis gak tahu, sumpah.. mungkin perbanyak saja ngobrol sama orang tua tentang kriteria menantu yang mereka inginkan, berdoa, dan jika sudah punya pilihan dan yakin, komunikasikan dengan orang tua, jodoh terbaik bagi seorang akhwat adalah jodoh yang dipilihkan orang tuanya, atau yang direstui otang tua. Yakin.
Wallahu a’lam.
*semua gambaran di atas hanya hipotesa, hasil renungan, jadi nggak ada nilai ilmiahnya sama sekali, yang pasti do the best lah.. hehehe
Minggu, 08 November 2009
Posted By:
al-hadad
Hakikat Cinta Sejati
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q.S Ali Imran : 31 )
Saya pernah menyaksikan suatu acara ditelevisi, yang isinya tentang perjodohan, lalu ketika kontestan acara itu ditanyai tentang arti cinta, semuanya serempak menjawab,” cinta adalah pengorbanan…” benarkah itu..??
Mungkin pernyataan itu lahir akibat pemahaman pendek mereka tentang cinta, mereka batasi pengertian cinta itu hanya sebatas cinta terhadap pasangan atau anaknya sendiri, tanpa pernah memikirkan orang lain, bahkan semesta ini.
Pernah memperhatikan seekora singa yang menyusui anaknya ? atau seekor buaya yang memangku anaknya ? atau ikan yang bertelur ditengah ganasnya samudera ? itulah cinta…ketika buaya yang dikenal ganas..memangku anaknya dalam mulut dengan penuh kelembutan.
Kita sering kali kabur untuk memaknai cinta, takut bahkan menutup mata untuk memahami cinta. Cinta memang memiliki suatu pengorbanan, akan tetapi tidak mutlak pengorbanan seutuhnya, sekali lagi makna cinta itu sendiri sangat begitu kompleks dan rumit untuk kita pahami. Yang jelas cinta itu suci, menentramkan hati dan menyelamatkan, dan itu lahir dari sebuah cinta sejati.
Cinta sejati lahir dari keimanan kita kepada Sang pencipta, cinta ini lebih dari sekedar rasa, akan tetapi ada suatu dorongan yang yang kuat untuk senantiasa dekat denganNya. Setelah itu, kita akan banyak sekali rasa cinta, kepada pasangan, anak, keluarga, saudara, sahabat, dan yang lainnya, dan semua itu hanya berlandaskan cinta kepada Allah.
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, ( QS Al-hujurat : 7 )
Cinta inilah yang suci, menentramkan hati, dan pasti akan menyelamatkan. Karena disini terdapat jaminan perlindungan dari godaan syetan dan hawa nafsu manusia.
Ya Rabb, jadikanlah kami termasuk orang – orang yang mencintaiMu, dan himpunlah kami kedalam golongan orang – orang yang mencintaiMu…
Wallahu ‘alam
Selasa, 20 Oktober 2009
Posted By:
al-hadad
Makna Kemuliaan Cinta
Maha Suci Allah, yang telah menganugerahkan kepada semua makhlukNya rasa cinta, rasa cinta yang menyebabkan terbitnya matahari menyinari siang, turunnya hujan untuk tumbuhan, dan seekor kuda yang tidak menginjak anaknya ketika melahirkan, cinta pula yang mengakibatkan adanya Syurga di akhirat kelak.
Cinta adalah anugerah, bukan suatu kutukan yang mesti dijauhi, atau kita dustai. Bagaimana caranya kita untuk membangun cinta, bukan malah jatuh cinta. Cobalah dari mulai sekarang kita membuka hati dan cinta kita untuk siapapun yang ada disekitar kita.
Cinta adalah fitrah bagi setiap insan yang hidup dibumi, bahkan para nabi dan rasul pun pernah merasai arti cinta, Adam as dengan kesetiannya mencari hawa selama 40 tahun, tatkala diturunkan oleh Allah dari Syurga, Nuh yang menyelamatkan hewan dari terjangan banjir besar dengan perahunya, Yusuf as yang dengan sabar menolak rasa cinta Dzulaikha, ibu angkatnya, Musa as yang ketika hijrah ke Madyan menemukan cinta dari putri Syuaib as, Sulaiman as yang memperhatikan perkataan semut sehingga tidak menginjaknya, Isa as yang rela dikejar dan diburu oleh yahudi karena kecintaanya kepada umat, dan cinta Muhammad saw yang menangis sambil berkata ummati, ummati, ummati, tatkala ajal menjmputnya.
Itulah cerita cinta, pemahaman awam kita dari para rasul, namun dibalik cerita cinta itu, ada cinta yang lebih agung, yaitu cinta mereka kepada Allah, dan cinta Allah kepada mereka. Semenjak Adam as, yang meminta ampunan Allah sampai beratus ratus tahun, hanya karena mengharap cinta-Nya, sampai Muhammad as, yang sering melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak, hanya sebagai rasa bukti rasa syukur, dan rasa cinta beliau terhadap Dzat Maha Tinggi.
Sekali lagi, sebagai orang awam mengenai hakikat sejati dari cinta, kita mungkin merasa terlalu jauh untuk dapat menapaki perasaan cinta dengan sesuai maknanya.
Ada orang yang mengatakan arti cinta sebatas hanya hubungan perasaan suka, sayang, rindu, atau apapun itu kepada sang pujaan hati, sungguh makna yang terlalu sempit untuk arti cinta yang seluas samudra ini.
Mungkin hal ini juga yang menyebabkan Rasulullah saw berkata, cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli.

Inilah hakikat cinta sejati yang abadi, bukan cinta yang lahir dari nafsu, dan dibungkus dengan kata kata gombal untuk merayu sang kekasihnya. Tidak banyak orang yang dapat memahami arti cinta, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari, karena, sekali lagi, arti cinta itu sangat begitu kompleks dan daya penalaran kita sebagai manusia yang lemah tidak sanggup untuk menerima pemahaman cinta seutuhnya. Hanya beberapa orang yang telah dipilih-Nya yang hanya dapat memahami makna hakikat cinta yang sejati.
Wallahu ‘Alam
Langganan:
Postingan (Atom)