28 oktober 2012
"bagaimana pun juga pemuda zaman dulu, dengan pemuda sekarang itu beda.." kata seorang kakek ke cucu nya.
ya, kondisi zaman selalu berubah, tantangan, era, lingkungan, bahkan
psikologi sosial, entah perubahan terkendali atau bahkan acak. 84 tahun
pun merupakan waktu yang lebih dari cukup untuk merubah keadaan suatu
bangsa, berikut dengan "isi-isinya". 84 tahun terlalu lama untuk
mengendapkan rasa perjuangan persatuan suatu bangsa, mesti ada
pembaharuan, tentang konsep visi suatu bangsa yang berusia selama itu.
84 tahun yang lalu para pemuda berkumpul, mengikrarkan sebuah janji,
kemudian mewujudkannya dalam perjuangan. terus begitu, fenomena itu
terus berulang, para pemuda terus membentuk perkumpulan aksi mana kala
mereka memiliki visi yang sama dan serentak, sebutlah tritura, sampai
reformasi 1998. Para pemuda, berhendak mengambil andil dalam
perkembangan bangsa ini. maka dengan bangga sejarah pun mengatakan,
inilah Representasi Indonesia.
menarik saat kita berbicara 84 tahun kemudian setelah peristiwa
Sumpah Pemuda, apa representasi Indonesia..?? atau setelah 52 tahun
Tritura, dan setelah 14 tahun Reformasi.. perjalanan kita belum selesai,
para pemuda pasti menyadari itu. namun, sadarkah representasi apa yang
terbentuk untuk Indonesia saat ini..??
tidak bisa disangkal, kalau opini terbentuk dari media informasi,
bagaimana jangkauan informasi kini sudah tidak terbendung menjangkau
semua lapisan, kelas, dan menembus semua batas. pembentukan opini hanya
butuh belasan menit, pemutar balikan fakta, doktrin, dan opini liar
hanya butuh beberapa menit saja. entah itu suatu kesengajaan atau bukan,
yang pasti akibat informasi yang tidak terkontrol ini, berakibat
negatif bagi representasi Indonesia.
tantangan berubah 180 derajat, semenjak reformasi. tantangan yang
dihadapi adalah gempuran informasi dan hiburan yang terkesan tak
terkendali, terkadang melenakan, dan mendoktrin liar pikiran dan mindset
para pemuda. akibatnya, visi yang semenjak dulu diperjuangkan mulai
terkikis. sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat, namun lagi-lagi
harapan itu selalu masih ada, dan selalu ada.
pertanyaan mengenai representasi ini sama sekali belum terjawab,
entah dimana kita harus mencarinya, apa yang kita lihat dan yang kita
dengar pun masih terkesan absurd. media informasi tidak lagi mewakili
itu semua, apa yang kita lihat dari televisi..?? konser musik hura2..
sinetron.. serial korea.. berita kriminal.. infotaiment.. representasi
apa yang kita peroleh dari sana..?? contoh dari televisi di atas,
merupakan sebuah bentuk tantangan bagi para pemuda untuk menjaga diri
dan visinya.
maka buka lah mata kita, dan lihat dari kaca mata berbeda. harapan
itu ada, meski kecil, dan tak nampak, namun ia hanya menunggu waktu yang
tepat. kita hanya perlu berubah, mengubah pola fikir, mempertahankan
visi, dan yang pasti cita-cita membangun bangsa dengan martabat yang
lebih baik. karena harapan itu adalah, kita.
selamat hari Sumpah Pemuda.
Tidak ada komentar: